Rabu, 13 Mei 2009

Perkukuh Iman lewat Pesantren Kilat

LANTUNAN ayat suci Alquran, kemarin sekitar pukul 07.30, menggema dari musala SMU 2 Purwokerto. Di Musala At Tharim di sudut sekolah favorit itu, puluhan siswa-siswi bergantian bertadarus.

Siswa yang tak membawa kitab mendengarkan atau meminjam kawan. Itu mereka dilakukan di bangsal dan beberapa kelas lain. Maklum, tak ruang yang mencukupi untuk menampung ratusan sekaligus.

Para muris mengenakan baju muslim. Suasana islami pun sangat terasa dalam salah satu kegiatan pesantren kilat itu. Siswa berbaju koko, sedangkan siswi mengenakan beragam baju muslim. Namun semua sama di mata Allah.

Mereka menyatu untuk memperkukuh keimanan dan ketakwaan. Pada bulan penuh hikmah ini kaum muslimin memang berlomba-lomba memperbanyak ibadah dan amal dengan harapan mendapat rahmat dan hidayah Allah. Lembaga keagamaan dan berbagai elemen masyarakat memfasiltasi amaliah Ramadan. Tak ayal, hampir sebagian besar sekolah umum dan Islam di Banyumas mengadakan pesantren kilat.

''Itu sesuai dengan instruksi Dinas Pendidikan. Setiap sekolah punya cara dan pola masing-masing,'' ujar Drs Akhmad Khotib SPd, Kepala Sekolah SMU 2, kemarin.

Pesatren kilat, kata dia, minimal bisa memberikan arahan jelas ke siswa agar pendidikan keagamaan dan pendidikan umum tak meleset dari sasaran. Sekolah dan guru selama ini dianggap berperan membentuk anak didik yang bermoral, berakhlak baik, dan menjadi generasi cerdas, berkesadaran sosial dan kemanusiaan, serta bertanggung jawab pada keluarga, lingkungan, dan bangsa.

Kesehatan Reproduksi

Dalam pesantren kilat, siswa diberi materi peningkatan akhlak lewat pengajian dan kultum, kajian sejarah kebudayaan Islam, tafsir, dan pengetahuan umum. ''Kami juga melakukan tadarus untuk memperdalam nilai ayat suci Alquran sekaligus melatih kemampuan mengaji siswa,'' kata Suparno, Ketua Osis SMU 2, yang bertanggung jawab atas kegiatan itu.

Pesantren kilat di SMU 2, kata pelajar kelas II itu, dibagi tiga periode. Kelas X Senin-Rabu (18-20/10), kelas XI Kamis-Sabtu (21-23/10), dan kelas XII Senin-Rabu (25-27/10). Setiap angkatan dibagi menjadi sembilan kelas, yang dibagi lagi ke tiga lokasi karena pengampu sangat terbatas.

''Setiap akhir kegiatan per angkatan kami tutup dengan buka puasa dan shalat tarawih di sekolah dan dilanjutkan dengan pengajian. Pengetahuan umum kami selipkan berupa seminar kesehatan reproduksi. Pelajaran umum juga berlangsung seperti biasa bagi yang tak mendapat giliran,'' kata Suparno.

Apa yang diperoleh para siswa dari kegiatan itu? ''Meski waktu dan meteri terbatas, minimal kami bisa mengenal lebih jauh dunia Islam dan bisa memperbanyak amalan pada bulan Ramadan,'' ujar Rani, peserta pesantren kilat.

Kegiatan itu juga berdampak terhadap nilai pelajaran agama dan kedisiplinan (kehadiran) siswa. Sebab, ada kewajiban mengisi daftar absen dalam setiap kegiatan. Siswa yang tak ikut tanpa izin jelas atau membolos memperoleh nilai tersendiri. (Agus Wahyudi-86)

http://www.suaramerdeka.com/harian/0410/28/ban12.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar