Rabu, 13 Mei 2009

10,2 Juta Anak Tak Ikuti Pendidikan Usia Dini

SEMARANG-Sekalipun belakangan ini pendidikan anak usia dini terus digalakkan, angka partisipasi anak di jenjang itu masih rendah. Hingga 2001, jumlah anak usia 0-6 tahun yang memperoleh layanan pendidikan baru 7.347.240 anak atau 28%. Di luar itu, masih ada 10,2 juta anak (83,8%) yang belum mendapatkan layanan pendidikan.

Data itu diungkapkan oleh Ketua Kelompok Studi Psikolinguistik Drs Subyantoro MHum dalam seminar nasional ''Pengembangan Potensi Anak Usia Dini'' di LPMP Srondol, Sabtu (2/10).

''Padahal, masa depan bangsa amat bergantung pada kualitas generasi penerus, yang tidak lain adalah anak-anak yang sekarang berada pada usia dini,'' ujar Subyantoro.

Menurut dia, penyiapan secara terencana terhadap generasi penerus merupakan keharusan. Sebab, berbagai hasil penelitian menunjukkan, penyiapan generasi penerus harus dilakukan sedini mungkin, terkait dengan aspek pertumbuhan fisik dan perkembangan mentalnya.

''Sebenarnya rendahnya partisipasi anak usia dini dalam pendidikan tersebut tak terlampau merisaukan kalau saja keluarga dan lingkungan memahami secara substantif perkembangan anak usia dini. Setidaknya, ada layanan minimal yang holistik mencakup kesehatan, gizi, dan pendidikan. Sayang, hingga sekarang layanan semacam itu belum ada,'' paparnya.

Multikulturalisme

Pada bagian lain, Guru Besar Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Prof Dr Soegeng Santoso MP berpendapat, pendidikan anak usia dini (PAUD) seyogianya berbasis pada keberagaman kultural yang dimiliki Indonesia. ''Sejak dini anak perlu diperkenalkan pada kekayaan budaya serta penyadaran akan adanya perbedaan antarbudaya. Dengan begitu, mereka terbiasa dan terdidik untuk menyadari adanya perbedaan.''

Menurutnya, pendidikan multikulturalisme bisa disampaikan melalui berbagai bentuk permainan yang sederhana, praktis, dan bisa dilakukan oleh anak. ''Tentu saja kalau dilakukan secara terus-menerus berdasarkan pembiasaan, akan ada hasil yang memadai.''

Soegeng mencontohkan, guru bisa mengajak anak-anak mengenakan pakaian adat, mengenalkan berbagai mainan daerah, atau menikmati bermacam-macam jenis makanan tradisional. Selain itu, pendidikan tentang keberagaman budaya tersebut bisa dilakukan melalui pengenalan berbagai permainan, adat, atau kebiasaan peserta didik dari daerah dan suku yang berbeda.

Dia menegaskan, keberhasilan proses pendidikan anak usia dini amat bergantung pada keteladanan para pendidik. Sebab, menurut dia, anak usia dini akan lebih mampu menangkap nilai-nilai yang dibelajarkan melalui pembiasaan dan keteladanan.(amp-89)

http://www.suaramerdeka.com/harian/0410/04/kot14.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar