ANWAR, bocah 3,5 tahun itu tertidur pulas di antara belasan ibu yang tengah berkumpul. Di sudut ruang juga tampak kompor dan peralatan masak lainnya tertata rapi siap dipakai. Sang ibu, Suparmi, duduk di sampingnya memangku buku tulis dan mendengarkan instruksi dengan cermat.
"Anwar memang sengaja saya bawa karena tidak ada yang menjaga di rumah. Padahal, saya ingin tetap belajar di kelompok ini," tuturnya sambil terus menulis resep kue Bolu Suri yang disampaikan tutor.
Sejak kecil, Suparmi belum pernah mengenyam pendidikan dasar. "Pernah ikut belajar baca tetapi karena tak pernah dipakai jadi lupa lagi."
Ibu satu anak dan anggota Kelompok Belajar Permata 5 RW 18 Kadipiro Banjarsari Solo itu tengah mengikuti program Keaksaraan Fungsional (KF). Saat ini mereka sudah sampai pada tahap pembinaan dan pelestarian yang merupakan lanjutan pemberantasan buta aksara di Kota Bengawan.
Sesekali terdengar guyonan antara warga belajar yang menemukan kesalahan tulis di buku catatan itu. "Ini 1 kg gula pasir, bukan paris. Terbalik ini bu," seloroh salah satu peserta. "Yang ini kurang huruf ’t’ biar bunyinya air hangat," ujar warga lainnya.
Semangat
Tawa dan canda pun menjadi bagian dari proses pembelajarannya. Kelompok belajar itu menjadi menarik karena diikuti kaum perempuan yang usianya sudah di atas 35 tahun namun semangatnya patut diacungi jempol.
Termasuk Suranti (70) yang tak mau ketinggalan setiap pertemuan. "Awalnya memang ikut-ikutan karena banyak ibu-ibu yang datang. Yang jelas, sekarang sudah bisa baca koran jadi tahu banyak berita," ujarnya sambil tersenyum.
Pada tahap pelestarian, Nik Subandi selaku penyelenggara sekaligus tutor mengatakan warga belajar juga dibekali dengan keterampilan hidup tanpa meninggalkan pelatihan calistung (baca tulis hitung) yang sudah didapat sebelumnya. Salah satunya, ketrampilan membuat kue.
"Mulai dari menulis resep yang benar hingga menghitung anggaran yang dibutuhkan untuk menyiapkan resep ’memaksa’ mereka untuk menggunakan kemampuan calistung yang sudah didapat," ungkapnya.
Staf Pendidikan Nonformal UPTD Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga (Dikpora) Kecamatan Banjarsari Dhanik Dwi L SE mengatakan, tak semua peserta KF yang ikut tahap pemberantasan bersedia melanjutkan program tersebut.
"Banyak kendala, mungkin karena pekerjaan, pindah rumah, atau kurang motivasi." Namun para relawan tak pernah patah semangat. Mereka terus mengajak menjadi pembelajar sepanjang hayat. (Dini Tri W-45)
http://www.suaramerdeka.com/smcetak/index.php?fuseaction=beritacetak.detailberitacetak&id_beritacetak=59968
Termasuk Suranti (70) yang tak mau ketinggalan setiap pertemuan. "Awalnya memang ikut-ikutan karena banyak ibu-ibu yang datang. Yang jelas, sekarang sudah bisa baca koran jadi tahu banyak berita," ujarnya sambil tersenyum.
Pada tahap pelestarian, Nik Subandi selaku penyelenggara sekaligus tutor mengatakan warga belajar juga dibekali dengan keterampilan hidup tanpa meninggalkan pelatihan calistung (baca tulis hitung) yang sudah didapat sebelumnya. Salah satunya, ketrampilan membuat kue.
"Mulai dari menulis resep yang benar hingga menghitung anggaran yang dibutuhkan untuk menyiapkan resep ’memaksa’ mereka untuk menggunakan kemampuan calistung yang sudah didapat," ungkapnya.
Staf Pendidikan Nonformal UPTD Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga (Dikpora) Kecamatan Banjarsari Dhanik Dwi L SE mengatakan, tak semua peserta KF yang ikut tahap pemberantasan bersedia melanjutkan program tersebut.
"Banyak kendala, mungkin karena pekerjaan, pindah rumah, atau kurang motivasi." Namun para relawan tak pernah patah semangat. Mereka terus mengajak menjadi pembelajar sepanjang hayat. (Dini Tri W-45)
http://www.suaramerdeka.com/smcetak/index.php?fuseaction=beritacetak.detailberitacetak&id_beritacetak=59968
Tidak ada komentar:
Posting Komentar