Senin, 16 Maret 2009

Pendidikan Non Formal mampu Mengankat SDM
MAKASSAR, upeks-- Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia tergolong masih rendah. Rendahnya SDM itu tidak terlepas dari rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, terutama pada usia sekolah.
Salah satu pilar yang tidak dapat diabaikan dalam mengatasi masalah tersebut adalah melalui jalur pendidikan non formal sebagai jalur pendidikan pengganti, penambah dan pelengkap pendidikan non formal. Atau dengan kata lain melayani yang tak terlayani.
Dibutuhkan perhatian pemerintah melalui semangat otonomi daerah untuk menggerakkan program pendidikan non formal tersebut.
Salah seorang pendiri usaha produksi Alat Permainan Edukatif (APE) Bina Mandiri, Palu, Sallena telah membuktikannya. Sallena telah berhasil membuka peluang kerja bagi anak putus sekolah di daerah Palu Barat Sulawesi Tengah.
Dia menuturkan, awal berdirinya usaha produksi Alat Permainan Edukatif (APE) Bina mandiri miliknya yang berbahan harbor, kayu, dan cat, yang menyasar usia satu sampai enam tahun (usia dini). Usaha itu dimulai saat dia ke Makassar mengukuti Training Of Trainer (TOT) menyangkut pembuatan alat permainan tradisioanl yang dilaksanakan oleh BPLSP (Balai Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda) regional V pada 2005-2006.
Sekembali dari kegiatan tersebut, Sallena terinspirasi membuat permainan serupa dengan memberdayakan sumber daya manusia produktif yang putus sekolah atau pengangguran. Akhirnya dia merekrut enam orang untuk dipekerjakan. Mereka dibekali dengan keterampilan pertukangan. Dalam waktu tidak terlalu lama, keenam orang tersebut sudah memiliki skiil yang dibutuhkan.
“Niat saya untuk menciptakan APE ini, tidak lain untuk memberikan peluang kepada anak-anak pengangguran, menyerap tenaga kerja dan membantu mereka dalam meningkatkan taraf hidup,” tuturnya. Dalam kesempatan itu Sallena juga menceritakan, usahanya ini diawali dengan modal yang tidak terlalu besar. Hanya sekitar Rp5 juta. Untuk menggaji para pekerjanya, diterapkan sistem bagi hasil kepada setiap pekerja.
Kini diusianya yang baru menginjak tiga tahun, usaha yang dirintis Sellena sudah berbuah manis. Tingginya minat konsumen, sehingga APE yang dihasilkannya sudah mampu dipasarkan di berbagai wilayah di Provinsi Sulawesi Tengah, seperti Toli-toli, Parigi, Poso, dan beberapa kabupaten lainnya.
“Alhamdulillah dalam seharinya, kami mampu memproduksi tiga set APE atau sekitar 90 jenis permainan,” paparnya.
Hal yang membanggakan juga adalah, Bina Mandiri (nama kelompok binaannya) yang merupakan kelompok pembelajaran binaan BPKB (Balai Pengembangan Kegiatan Belajar) Provinsi Sulawesi Tengah, telah sukses menelorkan enterpreunaship-enterpreunarship baru.
Sebanyak 11 orang berhasil dilatih. Beberapa diantaranya sudah mengembangkan usaha sendiri dengan mengkreasikan keterampilan yang diperoleh. “Mereka belajar di sini lalu berkreasi dengan membuat berbagai souvenir yang memiliki nilai jual,”kata Sallena.
Untuk tahun 2009 lanjutnya, Bina Mandiri sudah kebanjiran order hingga 100 set dari Dinas Pendidikan dan Pengajaran (Dikjar) Provinsi Palu. Dimana dalam satu setnya ada 30 permainan atau sekitar 3000 alat dengan nilai order Rp400 juta. "Karenanya, kami berencana menambah pekerja," katanya.
Dia menambahkan, Gubernur Palu, H Panjela Paliuju memberikan respon positif atas usahanya sebagai produk lokal pertama untuk alat seperti itu. Bahkan Gubernur merekomendasikan agar Bina Mandiri memperoleh kucuran dana Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Dari usaha Pembuatan Alat pendidikan Edukatif (APE) Bina Mandiri milik Sallena, membuktikan bahwa pendidikan non formal pun mampu memberi daya saing yang tinggi, dan tepatlah sebagai alternative di dalam peningkatan SDM ke depan, dan sebagai salah satu solusi terhadap permasalahan masyarakat, terutama anak usia sekolah yang tidak mampu melanjutkan pendidikan, dan anak usia putus sekolah. (Satriani)


http://www.ujungpandangekspres.com/view.php?id=26669

Tidak ada komentar:

Posting Komentar