Program Pendidikan Formal Yayasan IDEP |
|
|
Indonesia adalah negara yang penduduknya padat dengan kombinasi lingkungan hidup yang rumit dan berbeda. Perkembangan pesat telah menyebabkan degradasi lingkungan di wilayah permukiman dan pertanian. Meluasnya penebangan hutan telah menyebabkan erosi yang serius yang mengancam sumber daya pertanian, perikanan, air dan pesisir. Produksi dan pengunaan plastik telah melampaui kemampuan infrastruktur pengelolaan sampah. Walaupun di negara-negara berkembang seperti Australia, diperlukan satu generasi orang biasa untuk mengerti dampak dari polusi dan pengelolaan tanah yang salah, dan mendaur-ulang sampah dan tanggung jawab masyarakat pada lingkungan. Di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia di mana pendidikan tingkat lingkungan masih rendah, hanya sedikit pengertian tentang dampak kerusakan terhadap lingkungan. Sangat sulit untuk merubah sikap dan kebiasaan orang dewasa. Hanya waktu generasi anak-anak belajar tentang pentingnya pengelolaan lingkungan pada tingkat masyarakat dan membawa informasi ini pulang maka roda perubahan bisa mulai dibelokkan. Kanwil P & K Bali telah memeriksa proyek uji coba kami dalam bidang ini dan telah menyetujui rencana kami untuk mengembangkan kurikulum lingkungan tiga tahun, untuk integrasi ke dalam kurikulum Bali dengan potensi kurikulum nasional. Pada tahun 2000, IDEP diundang ke Jakarta untuk presentasi proporsal kurikulum kepada Menteri Pendidikan, Perhutanan, Lingkungan dan Konservasi yang disambut dengan hangat. |
Program Pendidikan Yayasan IDEP sampai sekarang |
|
Perkembangan kurikulum ‘Learnscapes’ Yayasan IDEP untuk Indonesia dimulai dengan penelitian dan perkembangan yang ekstensif. |
|
1999 ‘Learnscapes’– Lokakarya Pendidikan Lingkungan |
Untuk menjamin ketepat-gunaan dan kemungkinan Learnscapes dalam sistem pendidikan di Indonesia, IDEP mengundang 40 ahli perkembangan pendidikan dan kurikulum untuk berpartisipasi dalam lokakarya intensif tentang pendekatan inovatif ini ke dalam pendidikan lingkungan. Lokakarya ini dipimpin oleh Philip Booth, seorang ahli Learnscapes. Dalam 2 minggu lokakarya intensif ini peserta menilik berbagai macam komponen dari sistem ini dan memberi umpan balik dan masukan cara pendekatan terbaik untuk diadaptasi dan diintegrasikan ke dalam kurikulum sekolah setempat. Kesimpulan dari para peserta adalah cara pendekatan ini apabila dimodifikasi dengan kebutuhan pengajar setempat adalah sangat sesuai untuk diterapkan di Indonesia. Untuk melihat lebih jauh tentang Learnscapes dan lokakarya, klik di sini. |
|
1999 - 2000 Yayasan IDEP & MACK mengadakan uji coba Learnscape di sekolah lokal |
Untuk menciptakan kurikulum yang bisa diterapkan di seluruh Indonesia Yayasan IDEP perlu menguji keberlangsungan proses dalam berbagai konteks, maka pada tahun 1999 dan 2000 IDEP bekerja sama dengan LSM lokal, Yayasan MACK, menguji-coba komponen dari kurikulum yang direncanakan. Dua sekolah dasar telah dipilih, Sekolah Nasional Suta Dharma di Ubud dan Sekolah SDN 1 di daerah terpencil Pupuan. Disamping dari murid-murid percobaan, lebih dari 500 murid dari sekolah lokal lainnya ikut serta dalam lokakarya ini telah memberikan umpan balik pada proyek yang sedang berjalan ini. |
|
2001 - GURIH GURIH GIZI – solusi gizi yang inovatif |
Di kebun ‘Gurih Gurih Gizi’ sekolah percobaan Suta Dharma yang dibuat di halaman sekolah dan dipanen hanya 3 bulan setelah penanaman. Ramuan ini disiapkan oleh guru-guru dan murid-murid dan seperti namanya telah berhasil dimana anak-anak sangat menikmati rasa ramuan dari suplemen vitamin A, zat besi dan yodium ini. Murid-murid sekolah Suta Dharma kemudian membagi teknologi ini ke sekolah percobaan IDEP yang lain di SDN1 Batungsel. |
|
2001- sampai sekarang – Menggunakan hasil kerja selama ini dalam perkembangan kurikulum formal |
Berdasarkan penelitian dan umpan balik yang diterima dari percobaan kami dan para ahli penasihat, IDEP telah mengembangkan garis besar proporsal untuk kurikulum 3 tahun yang ditujukan pada kelas 4, 5 dan 6. Sampai sekarang proyek ini didanai sepenuhnya oleh staf dan relawan IDEP yang telah menghabiskan uang mereka sendiri. Maka, karena kekurangan biaya yang dibutuhkan untuk meneruskan, untuk sementara pekerjaan ini terpaksa dihentikan. |
Selasa, 03 Maret 2009
PENDIDIKAN FORMAL
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar